Selasa, 03 Juni 2014

Sepucuk Surat untuk Pecinta Allah

Bogor, Juni 2014
Dengan penuh rasa kasih,

Assalaamu'alaikum warahmatullah wabarakaatuh
Aku bingung darimana aku harus memulai menulis surat ini untukmu, ini adalah gabungan dari surat-surat yang sudah ku tulis sebelumnya. Tanpa mengurangi rasa cinta, aku ingin menyampaikan banyak hal dalam surat ini.
Dan untuk yang pertama aku akan memulai dari beberapa tahun yang lalu.
Aku masih ingat bagaimana cara kita berkenalan saat itu, di depan kelasmu. kau yang sedang duduk di depan kelas bersama sahabatku dan juga satu temanmu. aku menghampiri kalian dan mulai memulai pembicaraan, kau yang saat itu mengaku bernama rizki -memang namamu rizki, tapi aku tidak percaya karena rizki yang aku kenal bukanlah dirimu.
kemudian ketika kita bertemu di rumah temanku, dan kau menjahiliku dengan kegombalanmu itu, entah mengapa aku senang sekali. mungkin sudah lama tak ada yang berlaku demikian. aku tahu kau sudah memiliki kekasih saat itu, maka aku tak begitu menggubris perasaanku saat itu.
lalu kau dan seseorang yang pernah aku suka menjahiliku kalian sama-sama mengatakan kalian menyukaiku, namun aku tahu itu hanya candaan dan kau pun marah kepadaku.
dan akhirnya entah ini pertanda atau apa, dalam keadaan kita saling marah kita malah dipertemukan dalam satu kelas. dan akhirnya kita baikan. aku juga ingat pertama kali aku mengetahuib nomor handphone-mu, ketika itu kau yang mengirim pesan kepadaku agar memberitahumu jika ada guru yang masuk ke kelas.
dan entah bagaimana sejak saat itu kita sekelas dan akhirnya pada tanggal 30 Oktober 2011 tengah malam kau menyatakan cinta padaku. dan sejak saat itu kita pacaran. semua begitu indah ketika hubungan kita tidak diketahui orang banyak. kau masih sering mengajakku bercengkrama bercanda. namun, setelah semua orang mengetahuinya... kau malah seolah-olah tak nyaman berada di dekatku.