Minggu, 22 Desember 2013

Micky, Willy, Milly

"Nah, lihatlah bintang-bintang di atas sana, dan lampu-lampu kota di bawah sana. Saat ini kita berdua berada di tengah-tengah mereka. Coba kamu rasakan betapa hangatnya pemandangan di sini. Sangat menenangkan. Hmm Micky.."
"Ya?"
"Seandainya ada saat dimana aku tidak dapat menjagamu atau untuk sekedar menemanimu, merekalah yang akan menggantikan posisiku. Jadi tidak ada alasan bagimu untuk merasa sedih, atau kesepian."
"Memangnya kau akan pergi kemana?"
"Hei! Aku tidak mengatakan aku akan pergi."
"Lalu?"
"Entahlah.."
*****
"Sekarang aku tahu, Will. Dan aku sangat mengerti. Aku mengerti apa maksud perkataanmu saat itu. Ada kalanya kau tak dapat menemaniku. Yaa jelas sekali itu seperti kau ingin mengatakan bahwa ada kalanya kau bosan padaku. Bosan. Benar. Bosan." Celoteh Micky pada boneka beruang besar yang ada di hadapannya. Setelah 3 hari Willy tidak menghubunginya, ia tidak lagi menjadi Micky yang periang. Pekerjaannya hanya menatap langit, berbicara dengan boneka beruang dan sesekali melirik handphonenya dan berharap nomor Willy telah aktif kembali.
"Apa sebenarnya yang ada di kepala Willy? Tega sekali dia. Dia fikir aku tidak kalangkabut apa? Huh" Micky kembali berceloteh di hadapan boneka pemberian Willy sebagai hadiah 1st anniversary mereka. Dan sesaat kemudian boneka itu membalas ucapannya.
"Datangi saja rumahnya." terdengar sebuah suara bass yang Micky kira berasal dari boneka itu.
"Hey Milly! Kau bisa berbicara?" tanyanya kepada Milly -boneka beruang itu.
"Berputarlah tuan putri" ujar suara itu lagi,
Micky mengikuti perintah suara itu dan ternyata yang berbicara tadi bukanlah Milly. "Ah kakak."
"Sudah sana pergi ke rumah Willy agar kau tidak penasaran." perintah kakaknya sambil mengelus kepala Micky.
"Kakakku ini memang sangat cerdas! Terimakasih Kak Vinoku sayang. Aku akan bersiap-siap terlebih dahulu jadi saatnya kakak keluar dari kamarku. Terimakasih kak"
****
Tak lama Micky tiba di rumah Willy dan ternyata Willy pun tak ada di rumahnya. Menurut pengakuan ibunya, Willy ada di rumah sakit. Ternyata Willy kecelakaan saat perjalanan pulang dari kampusnya. Dan saat itu juga Willy koma dan sampai hari ini setelah 3 hari berlalu ia tetap belum sadarkan diri. Ia mengunjungi Willy di rumah sakit bersama ibunya.
"Lihatlah, Willy begitu terlihat lelah. Ia sedang berjuang untuk pulih. Willy anakku satu-satunya. Micky.. Ketahuilah Willy sangat mencintaimu. Dia tidak pernah berpaling kepada orang lain. Aku ingat saat dia bercerita tentangmu dan Milly boneka itu dengan mimik yang sangat bahagia. Aku harap dapat melihatnya lagi."
Micky berjalan mendekati Willy sesaat setelah ibunya bercerita tentang Willy. Micky mendekatkan bibirnya ke telinga Willy.
"Will, aku.. Aku minta maaf aku salah. Aku berfikir yang tidak-tidak. Maaf Willy.. Aku mohon kau bangun... Aku mohon dengan sangat Willy... Aku.. Aku... Willy.. Bu tangan Willy bergerak, lihatlah ia mulai sadarkan diri."
"Willy... Syukurlah. Micky tolong jaga Willy aku akan memanggil dokter." ibu Willy pergi memanggil dokter dan tinggallah mereka berdua.
"Micky..." ujar Willy lirih.
"Ssst! Kau jangan terlalu banyak bicara, biarkan tubuhmu pulih terlebih dahulu. Lagipula aku di sini, menjagamu." ucap Micky kepada Willy sambil menggenggam erat tangan Willy.
"Willy... Aku... Aku sangat mencintaimu. Tapi maaf sepertinya aku... harus..."
"Willy? Will? Willy!!!!!! Willy bangun Will bangun... Willy........"
*****
"Micky kau akan pergi kemana?" tanya kak Vino.
"Suatu tempat." jawab Micky sembali tersenyum pahit.
Micky pergi ke sebuah gedung tinggi yang pernah Willy tunjukkan kepadanya. Dia ingat saat pertama kalinya Willy mengajaknya ke tempat ini. Air matanya berjatuhan mengiringi langkahnya menuju lantai tertinggi pada gedung itu, ia menaiku anak tangga satu persatu.
"Willy... Aku juga mencintaimu, dan saat ini aku merindukanmu, sangat merindukanmu." ia terus melangkah dan. "Aaaaaaaaaa!"
tiba-tiba ia terpeleset dan jatuh bergelinding sampai pada anak tangga pertama. "Wil...ly"

****
"Will, kita mau kemana?"
"Nah, kita sudah sampai."
"Gedung? Untuk apa kita ke sini?"
"Ayo kia naik."
"Willy..."
"Sabarlah sebentar saja. Ayo sini. Nah, lihatlah bintang-bintang di atas sana, dan lampu-lampu kota di bawah sana. Saat ini kita berdua berada di tengah-tengah mereka. Coba kamu rasakan betapa hangatnya pemandangan di sini. Sangat menenangkan. Hmm Micky.."
"Ya?"
"Seandainya ada saat dimana aku tidak dapat menjagamu atau untuk sekedar menemanimu, merekalah yang akan menggantikan posisiku. Jadi tidak ada alasan bagimu untuk merasa sedih, atau kesepian."
"Memangnya kau akan pergi kemana?"
"Hei! Aku tidak mengatakan aku akan pergi."
"Lalu?"
"Entahlah.."
"Oke... Tapi asal kau tahu saja aku akan mengikutimu kemanapun kau pergi."
"Bagaimana kalau aku mati?"
"Mati? Pokoknya aku akan selalu mengikutimu."
"Tidak boleh, kalau aku mati dan kau mati, siapa yang akan menjaga Milly?"
"Biar saja yang penting kita selalu bersama. Hahaha"
"Micky.. Micky..."
"Willy..."
"Ada apa Micky?"
"Aku serius".


-TAMAT-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar