Senin, 15 Desember 2014

Peri Kecil yang Sirna (Berbahagialah dalam Kegelapan) #part 7 - Bertemu Malam

Perlahan-lahan tetapi pasti. Aku merasakan hal yang demikian. Aku merasa ini bukanlah sekedar hubungan seorang dokter dengan pasien. Aku merasa ini bukanlah sebuah harapan yang kosong. Yang aku lihat, semuanya benilai lebih. Ya, bernilai lebih. Jika dipandang dari segi apa pun juga semuanya bernilai lebih. Terkadang aku sering membandingkan usia Dokter Arshi yang terlampau cukup jauh denganku. Ya tepatnya lagi selisih umurku dengan Dokter Arshi adalah 8 tahun. Cukup jauh bukan? Tetapi tak pernah terucap satu ikrar pun di antara kami. 

Pagi ini, suasana panti sedang sedikit agak kacau. Ada beberapa keributan yang dibuat oleh anak-anak panti. Entah masalah mainan lah, pakaian lah, makanan lah, semuanya mereka rebutkan hari ini. Ya memang hari ini ada donatur baru dari keluarga kaya raya tepatnya pengusaha terkaya no.1 di Jawa Barat. Nama beliau Ibu Maria dan Pak Josa. Mereka datang dengan seorang anak laki-laki. Aku bisa tahu, bahwa anak laki-laki itu seumur denganku karna berbagai faktor. 

Bunda terlihat sangat lelah atas apa yang terjadi pagi ini. Kedatangan donatur itu cukup membuatku heran. Padahal mereka baru pindah ke kota ini 5 hari yang lalu. Lantas dari mana mereka mengetahui hal ini? 

Flashback kejadian tadi pagi setelah basa basi: 

"Jadi bapak dan ibu mengetahui panti asuhan ini dari mana?" tanyaku. 
"Sirna..." bisik bunda. 
"Jadi begini kami memang sedang mencari panti-panti asuhan, dan kebetulan dua hari yang lalu kami lewat sini." jawab Ibu Maria. 
"Maafkan Sirna ya pak, bu." bunda angkat bicara. 
"Iya tidak apa-apa. Ibu Lina, boleh kita bicara berdua?" tanya Ibu Maria (Lagi) 
"Baiklah. Mari kita ke sana." 

Oh iya aku lupa memperkenalkan anaknya Ibu Maria. Namanya Calistyo Nugroho Wardana. Tepat sekali dugaanku ia sebaya denganku. Dia memiliki postur tubuh yang cukup bagus, tingginya sekitar 165 cm tetapi badannya agak kurus, matanya sangat membuat orang-orang segan, kulitnya sawo matang, rambutnya agak gondrong, berkumis tipis dan berjenggot hanya ada 3 helai. Dan satu lagi, ada tahi lalat yang besarnya 2 mm di pergelangan tangannya. Hmm lumayan hehehe. 

Haaaah lega rasanya aku kembali bertemu malam. Aku duduk-duduk di kebun belakang. Memandang langit gelap dengan permata-permata indah di langit. Tapi entah mengapa, bintang-bintang itu menghilang dan hanya menyisakan satu bintang. Kasihan, bintang itu kesepian. Tidak ada keluarganya di sana. Seperti aku. 

Malam, siapa ibu bintang itu? Siapa ayahnya? Siapa saudaranya. Tahukah kau? Aku merasa sejenak seperti bintang itu. Aku punya bunda dan adik-adik panti. Tapi di satu sisi aku penasaran akan sebuah keluarga. Andai mereka lebih menghargai arti hidupku. 

"Sirna." 
"Eh bunda. Sejak kapan bunda berdiri di sini?" 
"Baru kok, kamu sedang apa?" 
"Aku hanya sedang memandang langit, bun." 
"Sirna." 
"Iya bunda? Ada apa?" 
"Keluarga Ibu Maria ingin meng-adopsimu." 
"HAH?!!"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar