Senin, 15 Desember 2014

Peri Kecil yang Sirna (Berbahagialah dalam Kegelapan) #Part 10 - Kini Tiba Waktunya

tik.. tok.. tik.. tok..
Sayup-sayup ku dengar suara jam dinding yang ada di ruangan ini, semuanya tampak putih bersih, tak ada satu orang pun yang ada di dalam ruangan ini selain aku. ini rumah sakit, bukan? ini ruangan tempat aku dirawat bukan? tapi rasanya ruanga ini menjadi begitu asing bagiku. ini aneh. dan kemudian pikiran itu muncul menghampiriku. oh Tuhan, apakah aku sudah....
"Sirna...." 
refleks aku menengok ke arah sumber suara itu, di sana... seorang wanita cantik berbusana putih dengan rambutnya yang diikat setengah. sangat cantik. lama kelamaan dia mendekat, menghampiriku. tapi... siapa dia? apakah dia...?
"Hahaha... kau tak perlu memandangku seperti itu." dia tersenyum dan entah bagaimana sekarang dia sudah berada tepat disampingku. "bangun dan duduklah... ada yang ingin aku jelaskan padamu." 
aku pun mengikuti perintahnya, tanpa ragu aku bangun dan duduk disebelahnya. tak lama, aku merasakan sentuhan yang sangat lembut di kepalaku. ini lebih dari belaian bunda. perasaan tenang ini, sulit, sulit aku ungkapkan.
"Kau tumbuh dengan sangat cepat, sekarang kau sudah sebesar ini. padahal terakhir aku melihatmu, kau masih sering menangis meminta hadiah ulang tahunmu. sekarang kau sangat cantik."
"Sssiapa kkkau?"
"Aku meminta maaf atas semuanya Sirna, kau harus mengalami kehidupan yang seperti ini karenaku. Aku minta maaf, anakku..."
"Anakku? Aku anakmu? Kau ibuku? Tapi bagaimana? Bagaimana bisa?" aku mulai menetestan butir-butir air mataku menahan isak tangis dan menyimpannya dalam hati.
"Aku.... minta maaf."
"Kenapa? Kenapa kau tega membuangku? kenapa kau tega meninggalkanku dan baru datang padaku sekarang?! kenapa?! kemana saja kau enam belas tahun ini? aku bahkan tak pernah melihat wajahmu, aku bahkan tak pernah mendengar suaramu, aku bahkan berpikir bahwa kau tidak pernah ada di dunia ini. lalu mengapa sekarang kau datang ke sini? untuk apa?!" dadaku sesak seperti tercekik, aku tak tahu akan berbuat apa aku tak tahu akan berkata apa lagi, aku hanya bisa menangis..
"Saat itu, kau baru berumur tiga minggu, ketika aku mengetahui bahwa ayahmu telah selingkuh dengan wanita lain, ketika itu pula aku mengetahui bahwa aku mengidap penyakit yang bisa menular. ibumu ini tak tahu lagi harus pergi ke mana, keluargamu tak mau menerimaku lagi setelah aku bersikukuh untuk menikah dengan ayahmu. memang semua ini salahku, jika saja aku tidak terbuai oleh laki-laki itu. tanpa berpikir panjang aku mencari sebuah panti asuhan dan menitipkanmu di sana. jika kau berpikir aku tak pernah datang, kau salah anakku... aku selalu datang setiap hari dalam hidupku, bahkan setiap kau berulang tahun aku selalu memberimu kado sayang, hingga akhirnya pada ulangtahunmu yang ke-13 itulah kado terakhir dariku. sejak saat itu, aku sudah tidak lagi datang kepadamu, aku sudah tak dapat lagi melihatmu dari sisi panti asuhan itu. penyakitku sudah membawaku pergi jauh meninggalkanmu, aku gugur. tapi, aku selalu di sini, menjagamu, melindungimu. kini... aku datang... aku datang untuk menjemputmu anakku, aku datang untuk menebus jutaan pelukan yang belum sempat aku berikan padamu, aku datang untuk menebus milyaran cinta dan kasih sayang yang belum sempat kau rasakan.. karna ini adalah waktumu pulang, anakku.."
aku masih terdiam, tak tahu harus berbuat apa, yang jelas air mataku mengalir, aku pun tak kuasa menahan perasaan itu, saat tangannya terbuka lebar untuk memelukku, aku datang menghampirinya dengan pelukan kerinduan. ibuku..."

*tuuuuuuuuuut..................*
Innalillahi wa Inna ilaihi Rooji'un... Sirna...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar