Senin, 15 Desember 2014

Peri Kecil yang Sirna (Berbahagialah dalam Kegelapan) #part 6 - Ketika Sakit adalah Cinta

Hari ini ke lima kalinya aku pergi check up ke klinik Dokter Arshi. Entah kenapa rasanya aku ingin sakit terus agar aku selalu bisa bertemu, menatap matanya, dan mendengar suaranya. Aku tidak pernah merasa bahagia sebahagia ini sebelumnya. Meskipun aku sakit, tapi kini semuanya lebih bermakna, lebih indah. Seperti ada yang menggantikan rasa sakit itu. Meski aku masih bingung dengan semua ini. 

Sekarang bagiku sakit adalah cinta. Lewat sakit ini aku dapat merasakan cinta, lewat sakit ini aku juga bisa menyembuhkan penyakitku. Sungguh ini hal terindah yang pernah ada di dalam hidupku. 

Satu tahun... 

Dua tahun... 

Tiga tahun... 

Tiga tahun sudah aku menjalani hidup dengan cinta. Tiga tahun terindah. Tiga tahun yang tidak akan pernah bisa aku lupakan. Saat ini usiaku sudah genap 16 tahun. Dan kabar baiknya, sedikit demi sedikit, aku kehilangan penyakitku. Bunda tidak perlu repot mengantarkanku untuk cuci darah tiga kali dalam sebulan, tapi cukup satu kali enam sebulan. Tapi aku tidak sama sekali merasa kehilangan, karna otomatis jika aku cepat sembuh akan cepat juga kehilangan Dokter Arshi. Karena apa? Karena sekarang Dokter Arshi sering mengunjungiku. Hihi aku senaaaang bukan kepalang. Dia sering mengajakku pergi jalan-jalan, menghirup udara segar. Hari ini saja, aku akan pergi dengannya. Sebentar, handphoneku bergetar. 

drrrt drrrt drrrt drrrt 

Dr. Arshi : 
Sirna, sudah siap? 

Me : 
Iya, ka dokter:) 

Dr. Arshi : 
Saya sudah di depan. 

Me : 
Oke ka dokter:D 

Kami saling bertemu dan menyapa, pada dasarnya kami sudah saling memiliki tapi hanya dalam konotasi yang sederhana. Tapi aku bahagia. 

Hari ini ka dokter (panggilang dariku untur Dr. Arshi) mengajakku ke sebuah bukit, cantiik sekali pemandangan dari atas bukit. Tapi tiba-tiba gerimis. 

"Sirna ayo kita ke pondok itu." ujarnya sembari menarik lenganku menuju pondok itu. "Nah, kalau di sini kan jadi tidak kehujanan. Kamu juga tidak kedinginan." 

"Iya sih, ka dokter. Tapi kenapa harus hujan gerimis seperti ini ya? Kan aku lagi asyik menikmati pemandangan di sini." 

"Itu Kuasa Tuhan, Sirna. Nikmatilah hujan ini." 

Ka dokter terus mengajakku mengobrol, bercerita, dan banyaak lagi hingga hujan yang dari gerimis kecil, agak lebat, lebat, lebat sekali, hingga gerimis lagi tidak terasa. Padahal jika di hitung sudah lebih dari 2 jam. 

"Ka dokter, lihat! Ada pelangi! Cantik ya?" 

"Sangat cantik. Kamu bisa memahami sesuatu?" 

"Iya, pelangi itu indah. Ya kan?" 

"Bukan itu, kamu kesal kan saat hujan itu datang? Tapi sekarang lihat apa yang ditinggalkan oleh hujan itu. Lebih indah dan lebih mewarnai bukit ini bukan? Begitu juga pada kehidupan kita yang sesungguhnya. Akan ada sesuatu yang indah dari banyak hal yang tidak kamu inginkan. Kuncinya hanya bersabar. Kamu pasti akan selalu bahagia."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar